Jakarta, Oh, Jakarta, selalu sibuk
berbenah diri kalau lagi ada hajatan. Sebentar lagi ada Pilkada DKI. Jakarta pakailah bedak yang
tebal, kalau perlu pakai pemutih wajah biar terlihat “kinclong”. Pakai lipstik
warna merah norak biar terlihat seperti nenek keriput yang genit hobinya
berdandan, lupa umur kalau ia sudah uzur.
Nun jauh di ketiak Jakarta,
ada sebuah tempat yang hampir tidak masuk dalam peta Jakarta, Taman Lawang namanya.
“Semua
makhluk malam yang ada dan hidup di sekitar Taman Lawang harus dibasmi!.”
Begitu perintah Komandan Satpol PP.
“Termasuk
nyamuk-nyamuk nakal serta kecoa liar*, Dan?.” Tanya seorang anggota Satpol PP.
“Tanpa
kecuali!.” Bentak Komandan.
“Tikus
got** dibasmi juga?.” Tanya anggota Satpol PP lainnya.
“Bannnnzaaaaai
semua! (dibaca: bantai!).”
Teriak Komandan.
Suasana hiruk pikuk, banci-banci
berlari ngacak tak tentu arah. Ada
yang ngumpet di tong sampah, ada yang berlaga jadi laki-laki, diangkat roknya
tinggi-tinggi, kemudian dia lari seperti pelari marathon. Yang menyedihkan, ada
juga banci yang nyemplung ke kali (banci itu lupa bertanya pada dirinya
sendiri, apakah ia bisa berenang atau tidak?). Dan seringkali berakhir tragis, banci itu tewas tenggelam dikali.
Tidak hanya banci, para PSK yg mangkal
di gubuk-gubuk liar di pinggir kali pun panik diserbu pasukan laler hitam.
“Kita
kok gak ditelepon dulu kalau mau ada razia?.” tanya Mo pada Ger.
“Kalau
ditelepon dulu bukan razia namanya, hehehe.” Sahut Ger.
“Setoran
bulanan sudah dikasihkan, Ger?, Kok masih ada razia juga?.” Tanya Mo lagi.
“Ya
percumalah, Mo kita omongin juga gubuk-gubuk kita sudah rata dengan tanah. Mending
sekarang kita kabuuuur saja, Mo dari pada nanti kita kena “garuk” juga!.” Ajak
Ger pada Mo.
“Yuuuk,
Ger!. Yang namanya wong cilik mah’ gak bakal bisa menang.”
“Ojek!,
Ojeeek!.” Teriak Ger dan Mo.
Ger
dan Mo dibawa kabur si tukang ojek menuju kegelapan malam lalu menghilang
seperti setan.
Satu persatu banci yang terkena razia di
naikkan ke truk sampah.
Seorang
nenek linglung, bertanya pada seorang banci ‘jail. “Rame-rame, ada apa Neng
pada naik ke truk?.”
“Ada pembagian permen,
Bo….” Sahut banci Jail asal-asalan.
“Hah!,
permen?. Nenek boleh ikut gak?.” Tanya Nenek lugu.
“Boleh,
Bo …mau ikut?, naik aja ke truk!.”
“Hehehehe
asyiiiiik.” Kata si Nenek girang. “Pembagian permennya nanti di truk?.”
“Ih,
rumpi deh si nenek !, nanya-nanya melulu kaya tamu aja!. Tunggu saja tanggal
mainnya, Nek.”
“Bioskop
kaleeeee, Bo.” Jawab banci lain yang ada disebelah si Nenek.
“Hehehehe…
lumayan kan permennya
bisa buat cucu.” Sahut si Nenek gembira.
Banci
Jail dan nenek itu pun naik ke atas truk sampah. Setelah “muatan” di truk itu
penuh, truk itu pun pergi meninggalkan Taman Lawang.
Tidak jauh dari Taman Lawang, Ger dan Mo
kesal memandangi gubuk-gubuknya yang telah porak poranda.
“Kalau
minta duit, bilang saja. Gak usah pake’ ngancur-ancurin pangkalan, kasihan kan anak buah kita****.”
Sahut Ger prihatin.
“Kapan
kita bisa “dagang” lagi?.” Tanya Mo bingung.
“Kalau
kelamaan mending kita pulangin saja dulu anak buah kita ke kampungnya.”
“Iya
juga sih…biar gak jadi beban kita ” Jawab Ger pasrah.
“Huh,
sial!, kurang apa kita sama mereka (baca: pasukan laler hitam)?.” Sahut
Ger kesal.
“Rokok
gratis, makan gratis, masa m***k mau gratis juga?, memangnya m***k (sebutan :
untuk alat kelamin wanita) milik negara?.”
“Kita
do’a in saja biar mereka semua masuk neraka!.” Kata Mo kesal
juga.
“Hihihihihi,
memangnya do’a germo seperti kita ini, masih diterima sama Tuhan?.” Ejek Ger
pada Mo.
“Lah!,
memangnya Tuhan sudah tutup (maksudnya : pelayanan Tuhan)?.” Tanya Mo
polos. “Bukankah Tuhan buka 24 jam?.”
Diantara deretan para banci dan PSK yang
terjaring. Ada
si nenek dan banci Jail yang nunggu giliran masuk ruang interogasi.
“Hei kamu, masuk!.” Teriak angkuh anggota
Satpol PP kepada salah seorang banci.
Banci
yang ditunjuk itu pun masuk ke ruang interogasi. Diluar ruangan Banci jail
membisiki sesuatu kepada si Nenek. “Sssst, kalau mereka minta “service”. Bilang
aja mulut nenek lagi sariawan, Bo.”
“Kalau
lagi sariawan kan
gak boleh makan permen?.” Tanya nenek lugu.
“Ih,
rumpi deh si nenek ini!.”
“Kalau
saya bilang lagi sariawan, nanti dikasih permen gak?.”
“Ih,
si nenek gak gaul Bo… kamseupay (baca: kampungan)!.”
“Pokoknya
bilang begitu saja, Nek, biar kita aman Bo.” Sahut banci Jail. “Terus kalau
mereka minta “service” lebih, bilang aja Nenek lagi “M”.”
“M
itu apa sih, Bo?.” Tanya Nenek bingung.
“Hehehehe,
akhirnya gaul juga nih si nenek!.” Canda si banci Jail.
“Dengar
ya, Bo kalau mereka maksa, lo bilang aja lagi “M” dari pada “barang” lo nanti
dikerubutin laler (maksudnya : diperkosa rame-rame).”
Di
ruangan interogasi, Komandan sudah mulai kelelahan karena saking banyaknya
banci dan PSK yang terjaring.
“Masih
banyak diluar?.” Tanya Komandan pada anggotanya.
“Banci
dan PSK sudah habis, Dan … sisanya tinggal nenek-nenek!.” Jawab anggota Satpol
PP.
“Nenek-nenek?.”
Tanya Komandan heran. “Banci nenek-nenek? atau nennek-nenek PSK?.”
“Gak
tau deh, Dan.”
“Suruh,
masuk!.”
“Siap!.”
Dengan
tenang nya si nenek duduk dihadapan meja Komandan.
Komandan
dan anggota Satpol PP yang lain takjub memandangi si nenek yang tenang-tenang
saja.
“Zaman
edan, zaman edan!.” Sindir seorang anggota satpol PP.
“Dunia
sudah mau kiamat, Dan!.” Sindir anggota lainnya sambil melirik ke arah si
nenek.
Komandan
berfikir sebentar, lalu menepuk-nepuk jidatnya yang jenong.
“Memangnya
nenek masih “kuat”?. Tanya komandan lembut pada si Nenek.
“Masih,
Pak!.” Jawab si nenek mantap.
“Hah!.”
Komandan dan semua anggota Satpol PP yang ada di ruang interogasi kaget. Lalu
mereka mulai melirik pada si Nenek.
“Benar,
Nek masih “kuat”?.
“Kalau
ngemut-emut aja sih, masih kuat Pak!.”
“Hah!,
hahahaha …hahahaha.” Semua pasukan laler hitam tertawa terpingkal-pingkal
mendengar penjelasan nenek.
“Kalau
di gigit-gigit nenek gak akan kuat, gigi nenek sudah pada ompong.” Jelas nenek
polos.
“Memangnya
apa yang mau diemut-emut dan di gigit-gigit, Nek?
“Permen.”
Jawab si Nenek lugu.
“Permen?.”
Serempak mereka bertanya pada si nenek. “Kok, permen?.”
“Iya,
kata si Bo ada pembagian permen, makanya Nenek ikut naik ke truk.”
“Pak,
Nenek dapatkan permennya?.” Tanya si nenek polos.
“Hehehehe,
lumayan buat si bontot, cucu nenek yang paling kecil, dia paling suka sama
permen.”
Komandan
dan anggota satpol PP lainnya, bengong mendengar penjelasan si nenek. @Kutz,2012
*****
Kutu Kata, Memangnya Nenek Masih Kuat?
Keterangan
:
*Nyamuk-nyamuk
yang nakal serta kecoa liar : istilah atau sandi yang biasa digunakan untuk
para banci dan perempuan PSK.
**Tikus
Got : istilah atau bahasa sandi yang biasa digunakan untuk para preman, tukang
todong, jambret, copet yang biasa berkeliaran di area lokalisasi.
***Pasukan
laler hitam : istilah atau bahasa sandi yang digunakan untuk anggota satpol PP.
****Anak
buah : maksudnya adalah para PSK.
Ilustrasi Gambar : bola.inilah.com
Ilustrasi Gambar : bola.inilah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar