Jumat, 31 Mei 2013

Memangnya Nenek Masih Kuat?



       Jakarta, Oh, Jakarta, selalu sibuk berbenah diri kalau lagi ada hajatan. Sebentar lagi ada Pilkada DKI. Jakarta pakailah bedak yang tebal, kalau perlu pakai pemutih wajah biar terlihat “kinclong”. Pakai lipstik warna merah norak biar terlihat seperti nenek keriput yang genit hobinya berdandan, lupa umur kalau ia sudah uzur.
       Nun jauh di ketiak Jakarta, ada sebuah tempat yang hampir tidak masuk dalam peta Jakarta, Taman Lawang namanya.
“Semua makhluk malam yang ada dan hidup di sekitar Taman Lawang harus dibasmi!.” Begitu perintah Komandan Satpol PP.
“Termasuk nyamuk-nyamuk nakal serta kecoa liar*, Dan?.” Tanya seorang anggota Satpol PP.
“Tanpa kecuali!.” Bentak Komandan.
“Tikus got** dibasmi juga?.” Tanya anggota Satpol PP lainnya.
“Bannnnzaaaaai semua! (dibaca: bantai!).” Teriak Komandan.
        Suasana hiruk pikuk, banci-banci berlari ngacak tak tentu arah. Ada yang ngumpet di tong sampah, ada yang berlaga jadi laki-laki, diangkat roknya tinggi-tinggi, kemudian dia lari seperti pelari marathon. Yang menyedihkan, ada juga banci yang nyemplung ke kali (banci itu lupa bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia bisa berenang atau tidak?). Dan seringkali berakhir tragis, banci itu tewas tenggelam dikali.
      
       Tidak hanya banci, para PSK yg mangkal di gubuk-gubuk liar di pinggir kali pun panik diserbu pasukan laler hitam.
“Kita kok gak ditelepon dulu kalau mau ada razia?.” tanya Mo pada Ger.
“Kalau ditelepon dulu bukan razia namanya, hehehe.” Sahut Ger.
“Setoran bulanan sudah dikasihkan, Ger?, Kok masih ada razia juga?.” Tanya Mo lagi.
“Ya percumalah, Mo kita omongin juga gubuk-gubuk kita sudah rata dengan tanah. Mending sekarang kita kabuuuur saja, Mo dari pada nanti kita kena “garuk” juga!.” Ajak Ger pada Mo.
“Yuuuk, Ger!. Yang namanya wong cilik mah’ gak bakal bisa menang.”
“Ojek!, Ojeeek!.” Teriak Ger dan Mo.
Ger dan Mo dibawa kabur si tukang ojek menuju kegelapan malam lalu menghilang seperti setan.

       Satu persatu banci yang terkena razia di naikkan ke truk sampah.
Seorang nenek linglung, bertanya pada seorang banci ‘jail. “Rame-rame, ada apa Neng pada naik ke truk?.”
“Ada pembagian permen, Bo….” Sahut banci Jail asal-asalan.
“Hah!, permen?. Nenek boleh ikut gak?.” Tanya Nenek lugu.
“Boleh, Bo …mau ikut?, naik aja ke truk!.”
“Hehehehe asyiiiiik.” Kata si Nenek girang. “Pembagian permennya nanti di truk?.”
“Ih, rumpi deh si nenek !, nanya-nanya melulu kaya tamu aja!. Tunggu saja tanggal mainnya, Nek.”
“Bioskop kaleeeee, Bo.” Jawab banci lain yang ada disebelah si Nenek.
“Hehehehe… lumayan kan permennya bisa buat cucu.” Sahut si Nenek gembira.
Banci Jail dan nenek itu pun naik ke atas truk sampah. Setelah “muatan” di truk itu penuh, truk itu pun pergi meninggalkan Taman Lawang.

       Tidak jauh dari Taman Lawang, Ger dan Mo kesal memandangi gubuk-gubuknya yang telah porak poranda.
“Kalau minta duit, bilang saja. Gak usah pake’ ngancur-ancurin pangkalan, kasihan kan anak buah kita****.” Sahut Ger prihatin.
“Kapan kita bisa “dagang” lagi?.” Tanya Mo bingung.
“Kalau kelamaan mending kita pulangin saja dulu anak buah kita ke kampungnya.”
“Iya juga sih…biar gak jadi beban kita ” Jawab Ger pasrah.
“Huh, sial!, kurang apa kita sama mereka (baca: pasukan laler hitam)?.” Sahut Ger kesal.
“Rokok gratis, makan gratis, masa m***k mau gratis juga?, memangnya m***k (sebutan : untuk alat kelamin wanita) milik negara?.”
“Kita do’a in saja biar mereka semua masuk neraka!.” Kata Mo kesal juga.
“Hihihihihi, memangnya do’a germo seperti kita ini, masih diterima sama Tuhan?.” Ejek Ger pada Mo.
“Lah!, memangnya Tuhan sudah tutup (maksudnya : pelayanan Tuhan)?.” Tanya Mo polos. “Bukankah Tuhan buka 24 jam?.”

       Diantara deretan para banci dan PSK yang terjaring. Ada si nenek dan banci Jail yang nunggu giliran masuk ruang interogasi.

 “Hei kamu, masuk!.” Teriak angkuh anggota Satpol PP kepada salah seorang banci.
Banci yang ditunjuk itu pun masuk ke ruang interogasi. Diluar ruangan Banci jail membisiki sesuatu kepada si Nenek. “Sssst, kalau mereka minta “service”. Bilang aja mulut nenek lagi sariawan, Bo.”
“Kalau lagi sariawan kan gak boleh makan permen?.” Tanya nenek lugu.
“Ih, rumpi deh si nenek ini!.”
“Kalau saya bilang lagi sariawan, nanti dikasih permen gak?.”
“Ih, si nenek gak gaul Bo… kamseupay (baca: kampungan)!.”
“Pokoknya bilang begitu saja, Nek, biar kita aman Bo.” Sahut banci Jail. “Terus kalau mereka minta “service” lebih, bilang aja Nenek lagi “M”.”
“M itu apa sih, Bo?.” Tanya Nenek bingung.
“Hehehehe, akhirnya gaul juga nih si nenek!.” Canda si banci Jail.
“Dengar ya, Bo kalau mereka maksa, lo bilang aja lagi “M” dari pada “barang” lo nanti dikerubutin laler (maksudnya : diperkosa rame-rame).”
Di ruangan interogasi, Komandan sudah mulai kelelahan karena saking banyaknya banci dan PSK yang terjaring.
“Masih banyak diluar?.” Tanya Komandan pada anggotanya.
“Banci dan PSK sudah habis, Dan … sisanya tinggal nenek-nenek!.” Jawab anggota Satpol PP.
“Nenek-nenek?.” Tanya Komandan heran. “Banci nenek-nenek? atau nennek-nenek PSK?.”
“Gak tau deh, Dan.”
“Suruh, masuk!.”
“Siap!.”
Dengan tenang nya si nenek duduk dihadapan meja Komandan.
Komandan dan anggota Satpol PP yang lain takjub memandangi si nenek yang tenang-tenang saja.
“Zaman edan, zaman edan!.” Sindir seorang anggota satpol PP.
“Dunia sudah mau kiamat, Dan!.” Sindir anggota lainnya sambil melirik ke arah si nenek.
Komandan berfikir sebentar, lalu menepuk-nepuk jidatnya yang jenong.
“Memangnya nenek masih “kuat”?. Tanya komandan lembut pada si Nenek.
“Masih, Pak!.” Jawab si nenek mantap.
“Hah!.” Komandan dan semua anggota Satpol PP yang ada di ruang interogasi kaget. Lalu mereka mulai melirik pada  si Nenek.
“Benar, Nek masih “kuat”?.
“Kalau ngemut-emut aja sih, masih kuat Pak!.”
“Hah!, hahahaha …hahahaha.” Semua pasukan laler hitam tertawa terpingkal-pingkal mendengar penjelasan nenek.
“Kalau di gigit-gigit nenek gak akan kuat, gigi nenek sudah pada ompong.” Jelas nenek polos.
“Memangnya apa yang mau diemut-emut dan di gigit-gigit, Nek?
“Permen.” Jawab si Nenek lugu.
“Permen?.” Serempak mereka bertanya pada si nenek. “Kok, permen?.”
“Iya, kata si Bo ada pembagian permen, makanya Nenek ikut naik ke truk.”
“Pak, Nenek dapatkan permennya?.” Tanya si nenek polos.
“Hehehehe, lumayan buat si bontot, cucu nenek yang paling kecil, dia paling suka sama permen.”
Komandan dan anggota satpol PP lainnya, bengong mendengar penjelasan si nenek. @Kutz,2012

*****

Kutu Kata, Memangnya Nenek Masih Kuat?

Keterangan :
*Nyamuk-nyamuk yang nakal serta kecoa liar : istilah atau sandi yang biasa digunakan untuk para banci dan perempuan PSK.
**Tikus Got : istilah atau bahasa sandi yang biasa digunakan untuk para preman, tukang todong, jambret, copet yang biasa berkeliaran di area lokalisasi.
***Pasukan laler hitam : istilah atau bahasa sandi yang digunakan untuk anggota satpol PP.
****Anak buah : maksudnya adalah para PSK.

Ilustrasi Gambar : bola.inilah.com

Tidak ada komentar: