Kamis, 02 Mei 2013

Pocong Lebay




Suasana desa Rangkat tiba-tiba gempar. Dorma yang biasa mangkal di pos Hansip, biasanya tidak takur sama Pocong. Eh, sekarang dia malah lari terbirit-birit ketika melihat Pocong.
“Habis Pocongnya gelantungan di pohon jambu dekat pos ronda. Rambutnya panjang tergerai. terus… Pocongnya asyik saja sedang menyisir rambutnya … .” Cerita Dorma pada Pongky.
“Mba Dorma lari terbirit-birit kenapa?.” Tanya Pongky.
“Pocongnya ngomong… .”
“Ngomong apa?.”
“Mba bukain pocongnya doooooonnngg. bukaaaaiiiinnn dooooonng, hiiiiii… jujur, bulu kuduk gue jadi berdiri… dari pada gue kencing ditempat, mending gue kabuuuuurrrrrr.”
“Sama gue gak takut tapi kenapa sama itu pocong mba Dorma takut?.”
“Lain, Pongky. Kalau kamu sih pocong gaul.”
“Mba Dorma kan hansip di desa ini, gak boleh takut dong… Kalau hansipnya aja takut bagaimana dengan warga nya?.”
“Pongky, coba kamu aja deh yang nanya … gue parno nih. Kalau gue sempat bukain, ihhhh seram… di ubun-ubunnya ada paku besar yang berdarah-darah.”
“Ah, itu kan ketakutan mba Dorma saja. bahasa Inggrisnya, halusinasi namanya.” Jelas Pongky berusaha menenangkan Dorma.
*****
Suatu malam yang mencekam, Dorma iseng banget ronda sendiri di pos hansip. Warga desa yang lain, belum kelihatan. Dikejauhan Dorma mendengar suara cekikikan. Dengan perasaan takut, Dorma mengarahkan senternya ke arah sekitar. Di bawah pohon beringin dilihatnya Pongky sedang tertawa terpingkal-pingkal.
Eh, bukankah itu pocong yang kemarin. Kok Pongky gak takut ya?. Bisik hati Dorma. Malah dia asyik tertawa-tawa bersama pocong itu.
“Mba Dorma, siniiii!.” Tiba-tiba saja Pongky memanggilnya.
Dorma kaget. Perasaan takutnya belum hilang, ia ragu untuk menghampiri Bocing. “I… iii.. iya, Pong.” Dorma pun menghampiri Pongky.
“Kenalkan, ini Dorma penjaga pos hansip di desa ini.” Sahut Pongky pada si pocong.
“Iiiihhh mba somse deh, kemarin ‘eke minta tolong aja mba gak mau.”
“He he he he.” Tawa Dorma masih bercampur takut.
Pocong ini kok ngomongnya ‘keriting sih?. Bisik hati Dorma. Ia cuma diam saja karena takut salah bicara, salah-salah Dorma takut kena ‘tulah nya alias sialnya.
“Pongky, ‘eke kemarin malam minta tolong di bukain, heeee mba ini malah kaburrrr.” Jelas si pocong pada Pongky.
“Bukan apa-apa mba, kemarin malam itu ‘eke kegerahan makanya minta tolong di bukain pocongnya.” Jelas si Pocong pada Dorma. “Lagian, siapa sih yang ‘ngiketin, ikatannya kenncengg ne’, ‘eke sampe sesak nafas, mau beli nafasin yang punya warung langsung ngibrit lihat ‘eke … akhirnya ‘eke musibah ketemu mba ini.”
“Sorry ya Cong, saya ketakutan.” Jelas Dorma.
“Memangnya tampang  ‘eke menakutkan?, Ih sebel, sundel bolong kalleeeee.” Gerutu si Pocong. “Pergaulan ‘eke kan sosialita banget deh waktu masih hidup.”
“Hahaha… mba Dorma itu takut kalau di ubun-ubun kamu ada paku besar yang berdarah-darah.” Jelas Pongky pada si Pocong.
“Ihhhh, horor banget deh.” Teriak si Pocong. “Nih lihat!.” Si Pocong membuka membuka seragam pocongnya lalu mengibaskan rambutnya yang panjang.
“Hah!.” Dorma kaget melihat “sesuatu” yang menancap di ubun-ubun si Pocong. Kok, cuma paku payung sih. Pikir Donna.
“Dulu ‘eke ini gadis sunsilk, mba … makanya ‘eke rawat banget rambut ini.” Jelas si Pocong.
“Si Pocong ini selain gadis sunsilk, dia juga desainer busana.” Jelas Pongky lagi. “Makanya cocok banget ngobrol sama Pongky.”
“Oooooo … .” Dorma cuma melongo melihat keakraban Pongky dengan si Pocong.
*****
Semakin larut, semakin diisi penuh tawa dan canda antara Pongky, Si Pocong dan Dorma.
“Daaggg, mmmuah, mmmuaaahhh.” Sambil si Pocong ber dag-dag mesra dengan si Pongky. ” ‘eke kembali ke kota dulu ya… mau menawarkan beberapa desainer karya ‘eke ke beberapa rumah butik.  Menghadapi tahun 2013, ‘eke pikir kita harus berani melakukan perubahan-perubahan yang mendasar tentang seragam pocong. Bukan begitu, Pongky?.”
“Setuju bangetsss.” Jawab Pongky senang.
“Menurut mba bagaimana?.” Tanya si Pocong pada Dorma.
“Wah bakalan keren tuh … apalagi yang model celana cingkrang, hehehehe… jadi Pocong gak perlu lompat-lompat kalau mau jalan.” Jawab Dorma.
“Hehehe, ide ‘eke OK kan mba?. Capeee kan kalau lompat-lompat terusss.”
Si Pocong pun pergi meninggalkan Pongky dan Dorma.
“Hebat juga teman kamu ya Pong. Kreatif banget.” Puji Dorma. “Oh ya, by the way siapa nama nya Pong?.”
“Wadaaaw, Pongky juga lupa nanya nama nya mba.” Jelas Pongky menyesal sambil menepuk jidatnya.
“Yaaaa, sayang banget Pongky.” Kata Dorma ikut menyesal.
“Kita kasih nama aja Pocong lebay, mba.” Jelas Pongky.
“Memangnya kamu gak tertarik, Pong?. Si lebay itu kannnn, lumayan juga sih… hehehe cantik.” Goda Dorma pada Pongky.
“Pongky ‘nyatet nomor HP nya sih, mba.”
“Jadi Pongky tertarik sama si lebay itu?.” Tanya Dorma serius.
Pongky salah tingkah ditanya begitu, pipi dan hidungnya semu memerah.
“Idiiiiihhhh, Pongky … masa jeruk makan jeruk sih!.” Ejek Dorma pada Pongky.
****
Si Kutu Buku, 241012

Ilustrasi Gambar : Sumber Gambar :  gerbongtiga.wordpress.com

Tidak ada komentar: