Suasana desa Rangkat tiba-tiba gempar. Dorma yang biasa mangkal di pos Hansip, biasanya tidak takur sama Pocong. Eh, sekarang dia malah lari terbirit-birit ketika melihat Pocong.
“Habis Pocongnya gelantungan di pohon jambu dekat
pos ronda. Rambutnya panjang tergerai. terus… Pocongnya asyik saja sedang
menyisir rambutnya … .” Cerita Dorma pada Pongky.
“Mba Dorma lari terbirit-birit kenapa?.” Tanya
Pongky.
“Pocongnya ngomong… .”
“Ngomong apa?.”
“Mba bukain pocongnya doooooonnngg. bukaaaaiiiinnn
dooooonng, hiiiiii… jujur, bulu kuduk gue jadi berdiri… dari pada gue kencing
ditempat, mending gue kabuuuuurrrrrr.”
“Sama gue gak takut tapi kenapa sama itu pocong mba
Dorma takut?.”
“Lain, Pongky. Kalau kamu sih pocong gaul.”
“Mba Dorma kan hansip di desa ini, gak boleh takut
dong… Kalau hansipnya aja takut bagaimana dengan warga nya?.”
“Pongky, coba kamu aja deh yang nanya … gue parno
nih. Kalau gue sempat bukain, ihhhh seram… di ubun-ubunnya ada paku besar yang
berdarah-darah.”
“Ah, itu kan ketakutan mba Dorma saja. bahasa
Inggrisnya, halusinasi namanya.” Jelas Pongky berusaha menenangkan
Dorma.
*****
Suatu malam yang mencekam, Dorma iseng banget ronda
sendiri di pos hansip. Warga desa yang lain, belum kelihatan. Dikejauhan Dorma
mendengar suara cekikikan. Dengan perasaan takut, Dorma mengarahkan senternya
ke arah sekitar. Di bawah pohon beringin dilihatnya Pongky sedang tertawa
terpingkal-pingkal.
Eh, bukankah itu pocong yang kemarin. Kok Pongky
gak takut ya?. Bisik hati Dorma. Malah dia asyik tertawa-tawa bersama pocong
itu.
“Mba Dorma, siniiii!.” Tiba-tiba saja Pongky
memanggilnya.
Dorma kaget. Perasaan takutnya belum hilang, ia
ragu untuk menghampiri Bocing. “I… iii.. iya, Pong.” Dorma pun menghampiri
Pongky.
“Kenalkan, ini Dorma penjaga pos hansip di desa
ini.” Sahut Pongky pada si pocong.
“Iiiihhh mba somse deh, kemarin ‘eke
minta tolong aja mba gak mau.”
“He he he he.” Tawa Dorma masih bercampur takut.
Pocong ini kok ngomongnya ‘keriting sih?. Bisik
hati Dorma. Ia cuma diam saja karena takut salah bicara, salah-salah Dorma
takut kena ‘tulah nya alias sialnya.
“Pongky, ‘eke kemarin malam minta tolong di bukain,
heeee mba ini malah kaburrrr.” Jelas si pocong pada Pongky.
“Bukan apa-apa mba, kemarin malam itu ‘eke
kegerahan makanya minta tolong di bukain pocongnya.” Jelas si Pocong pada
Dorma. “Lagian, siapa sih yang ‘ngiketin, ikatannya kenncengg ne’, ‘eke sampe
sesak nafas, mau beli nafasin yang punya warung langsung ngibrit lihat
‘eke … akhirnya ‘eke musibah ketemu mba ini.”
“Sorry ya Cong, saya ketakutan.” Jelas Dorma.
“Memangnya tampang ‘eke menakutkan?, Ih
sebel, sundel bolong kalleeeee.” Gerutu si Pocong. “Pergaulan ‘eke kan
sosialita banget deh waktu masih hidup.”
“Hahaha… mba Dorma itu takut kalau di ubun-ubun
kamu ada paku besar yang berdarah-darah.” Jelas Pongky pada si Pocong.
“Ihhhh, horor banget deh.” Teriak si Pocong. “Nih
lihat!.” Si Pocong membuka membuka seragam pocongnya lalu mengibaskan rambutnya
yang panjang.
“Hah!.” Dorma kaget melihat “sesuatu” yang menancap
di ubun-ubun si Pocong. Kok, cuma paku payung sih. Pikir Donna.
“Dulu ‘eke ini gadis sunsilk, mba …
makanya ‘eke rawat banget rambut ini.” Jelas si Pocong.
“Si Pocong ini selain gadis sunsilk, dia
juga desainer busana.” Jelas Pongky lagi. “Makanya cocok banget
ngobrol sama Pongky.”
“Oooooo … .” Dorma cuma melongo melihat keakraban
Pongky dengan si Pocong.
*****
Semakin larut, semakin diisi penuh tawa dan canda
antara Pongky, Si Pocong dan Dorma.
“Daaggg, mmmuah, mmmuaaahhh.” Sambil si Pocong ber
dag-dag mesra dengan si Pongky. ” ‘eke kembali ke kota dulu ya… mau menawarkan
beberapa desainer karya ‘eke ke beberapa rumah butik. Menghadapi tahun
2013, ‘eke pikir kita harus berani melakukan perubahan-perubahan yang mendasar
tentang seragam pocong. Bukan begitu, Pongky?.”
“Setuju bangetsss.” Jawab Pongky senang.
“Menurut mba bagaimana?.” Tanya si Pocong pada
Dorma.
“Wah bakalan keren tuh … apalagi yang model celana
cingkrang, hehehehe… jadi Pocong gak perlu lompat-lompat kalau mau jalan.”
Jawab Dorma.
“Hehehe, ide ‘eke OK kan mba?. Capeee kan kalau
lompat-lompat terusss.”
Si Pocong pun pergi meninggalkan Pongky dan Dorma.
“Hebat juga teman kamu ya Pong. Kreatif banget.”
Puji Dorma. “Oh ya, by the way siapa nama nya Pong?.”
“Wadaaaw, Pongky juga lupa nanya nama nya mba.”
Jelas Pongky menyesal sambil menepuk jidatnya.
“Yaaaa, sayang banget Pongky.” Kata Dorma ikut
menyesal.
“Kita kasih nama aja Pocong lebay, mba.” Jelas
Pongky.
“Memangnya kamu gak tertarik, Pong?. Si lebay itu
kannnn, lumayan juga sih… hehehe cantik.” Goda Dorma pada Pongky.
“Pongky ‘nyatet nomor HP nya sih, mba.”
“Jadi Pongky tertarik sama si lebay itu?.” Tanya
Dorma serius.
Pongky salah tingkah ditanya begitu, pipi dan
hidungnya semu memerah.
“Idiiiiihhhh, Pongky … masa jeruk makan jeruk
sih!.” Ejek Dorma pada Pongky.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar