Kamis, 02 Mei 2013

Raja Dan Pengemis



Ah, letih aku mengemis seharian tanpa hasil.
Rupanya bukan aku saja yang telah fakir di desa ini, apakah mereka pun akan mengikuti jejakku?. :Hah!, bagaimana mungkin?. Menjadi seorang pengemis bukanlah hal yang terhormat!. Apakah mereka telah siap dihina dan di caci maki?. Apakah mereka mau direndahkan martabatnya seperti aku yang tak berharga ini?.
Kalau kalian tak sanggup menahan beban derita itu, tak usah lah kalian menjadi pengemis!.
Cukup aku saja!.
Pergilah kalian dari desa ini, bumi Allah luas!. Siapa tahu kalian akan mendapatkan karunia-Nya!.
Aku sudah tua!, hidupku kini sebatang kara, tak ada sanak saudara, handai tolan pun sudah tak mengakui ku lagi.
Bapak tua pengemis itu kerja nya menggerutu terus seharian. Kadang ia menyesali nasibnya. Tapi lebih sering ia menyesali keadaan, menyesali para penduduk desa yang telah jatuh miskin, menyesali penderitaan yang tak pernah berakhir di negeri nya.
Dari jauh nampak warna warni umbul-umbul berkibar ditiup angin sahara.
Dari bibirnya yang kering, Pengemis itu pun tersenyum, memuji asma Tuhan.
“Puji syukur ya Tuhan!. Lihat iringan rombongan itu!. Aku yakin dan sangat yakin Engkau pasti mendengar do’a ku. Pagi-pagi sekali telah Kau kirimkan rejeki ku, terima kasih Tuhan.”
Matanya berkaca-kaca memandang keindahan dan keanggunan pakaian dan atribut kerajaan para rombongan itu.
“Puji Tuhan, begitu terhormatnya utusan Mu, Tuhan,” Sahut si pengemis takjub hatinya.
Orang yang paling terhormat dalam rombongan itu pun turun dari kudanya.
Rombongan dan para pengawal berbaris rapi di hadapan si pengemis.
Orang paling terhormat itu pun mengeluarkan plakat yang terbuat dari kulit domba,kemudian dia membacanya.
“Pengumuman penting!. Segala air yang kau minum, udara yang kau hirup, tanah yang kau pijak. Berdasarkan titah Raja. Bahwa semua yang tersebut di atas dikenakan pajak!. Jadi siapapun yang telah meminum air, menghirup udara dan menginjakkan kakinya di negeri ini diwajibkan membayar pajak!. Karena air, udara dan tanah adalah milik kerajaan!.”
“Apa?, bukankah itu semua milik Tuhan?.”. Pekik si pengemis tapi tak didengar oleh rombongan itu.
“Cepat, kau bayar pajak itu atau kau akan dipenjara?.” Teriak si pengawal.
“Hai!, dengan apa aku harus membayar pajak?. Dengan gubuk reot ku ini?. Atau dengan pakaian ku yang kumal dan compang camping ini?.”
“Berarti kau memilih untuk dipenjara?.” Bentak si pengawal.
“Mungkin lebih baik dipenjara, aku tak perlu mengemis lagi.. Dan aku akan mendapatkan makan setiap hari.”
“Hahahaha… Dasar pengemis tolol!. Di penjara, kau hanya akan dipenggal kepala mu di tengah lapang untuk menjadi peringatan bagi orang lain yang menentang titah raja!.”
“Apa?. Baik.. Baik aku tak ingin menentang titah raja karena aku adalah warga negara yang baik… Sabarlah, aku akan membayar pajak… .” Pengemis itu sibuk merogoh-rogoh saku celana nya.
“Nahini!, masih ku temukan sebutir gandum yang terkecil yang terselip di saku celanaku. Ambillah ini!, sebagai pembayaran pajak ku!.”
Pengawal lainnya bergegas mengambil sebutir gandum dari jepitan jari si pengemis, seolah ia tak ingin kehilangan gandum itu. Dimasukkan nya sebutir gandum itu kedalam karung bersama dengan barang-barang lainnya.
Setelah rombongan itu berlalu beberapa depa. Si pengemis pun tersenyum terkekeh-kekeh getir.
Ya Tuhan, ku pikir rejekiku telah tiba. Hehehe, aku yang pengemis ini masih saja ada yang mengemis padaku… Hmm, aku yang telah tua renta atau dunia ini yang telah pikun?.

******
Kutu Kata, Raja Dan Pengemis, 07122012

Ilustrasi Gambar : sumber gambar : history.wisc.edu

Tidak ada komentar: